3/26/07

Suara Menristek untuk Asia Source II di Sukabumi.

Menyambut ajang Asia Source II "Free and Open Technology for NGOs and SMEs" yang tengah berlangsung sejak 22 s/d 30 di SUkabumi - Jawa Barat, Menristek Kusmayanto Kadiman mengungkapkan kepentingan bagi kalangan IT anak bangsa untuk berkarya demi menjawab tantangan pengembangan penggunaan aplikasi open source hingga dapat memberikan dampak sosial dan ekonomi bagi kemajuan masyarakat Indonesia. Hal ini terungkap dalam diskusi bersama antara Menristek dengan para aktivis pengembang IT open source di Kantor Menristek Jumat yl 19 Jan. Menristek pun meyakini akan keunggulan SDM nasional yang berkiprah dalam pegembangan aplikasi berbasis open source dari kalangan ahli IT yang bekerja di kalangan swa-usaha mandiri (grassroots) , LSM dan swasta/non-pemerintahan.
Sesungguhnya terpilihnya Indonesia selaku tuan rumah ajang Asia Source II yang merupakan kegiatan tahapan lanjutan selepas event Asia Source I 2005 yl yang diadakan di Bangalore ---kota dengan julukan Silicon Valley negeri India--- merupakan suatu bukti tersendiri pengakuan kalangan IT global, khususnya Asia-Pasifik, akan keunggulan prestasi kalangan IT nasional.

Salah satu tokoh terkemuka IT nasional yang tampil pada hari pertama event Asia Source II adalah Onno Poerbo yang telah lama dikenal selaku penyebarluasan aplikasi open source maupun aktivis pengembangan sharing akses konektivitas jaringan Internet broad-band berbiaya murah untuk kepentingan warnet : (cyber cafe). Dalam kesempatan ini pun Onno menyatakan kritik keras kegundahan akan rencana Pemerintah ---yakni Kementerian Kominfo--- yang terus bersikeras guna melaksanakan kesepahaman perjanjian bisnis : MOU dengan Microsoft Indonesia untuk pembelian Sistem Operasi komputer Windows sejumlah 35.496 lisensi dan Microsoft Office sejumlah 177.480 lisensi, hingga keseluruhannya akan menghabiskan dana Rp 675 milyar. Sementara jika menggunakan OS berbasis open source Linux cukup dengan biaya Rp. 50.000,- per komputer. Dan jika menggunakan piranti lunak alternatif open source gratisan, yakni OpenOffice sendiri dapat dihemat dana Pemerintah senilai AS $71 juta.
Hasil-hasil pencapaian beragam pengembangan aplikasi berbasis open source yang diperoleh dari ajang Asia Source di Sukabumi memang sesungguhnya pantas untuk dapat diselaraskan dalam langkah terpadu : synergy dengan upaya Kementerian Ristek dalam hal pemasyarakatan keunggulan aplikasi open source maupun dalam meningkatkan SDM ahli IT yang terampil dalam mengoperasikan OS open source, terutama guna dimanfaatkan di lingkungan instansi Pemerintah dan kalangan pendidikan Perguruan Tinggi.

Asia Source II di Sukabumi dihadiri oleh sekitar 120 partisipan ahli komputer dan pengembang aplikasi dari 30 negara kawasan Asia-Pasifik untuk saling berbagi : "sharing" akan kemajuan dan keunggulan yang masing-masing dimiliki para peserta dalam ajang serupa karantina model 'IT camp' yang berlangsung seminggu penuh.
Asia Source II berlangsung atas kerjasama lintas negara, yakni:
UNDP International Open Source Network (Thailand), InWEnt-Capacity Building International (Jerman), Tactical Technology Collective (Netherlands), Aspiration (USA), dan ICTWatch (Indonesia) dengan dukungan dari The Federal Ministry for Economic Cooperation and Development (BMZ - Jerman), UNDP-APDIP : Asia Pacific Development Programme dan Hivos.


Sumber: Kantor Menristek. / Rizal AK.

No comments: