3/26/07

Kajian terkini yang menyudahi kontroversi Homo Floresiensis : "hobbit".

Pro kontra penemuan relics "hobbit" di goa Liang Bua wilayah terpencil di p.Flores tahun 2003 oleh tim ilmuwan arkeolog gabungan Australia dan Indonesia masih terus berlanjut kontroversi. Para ahli masih bersilang pendapat mengenai apakah Homo Floresiensis sesungguhnya apakah manusia kerdil "hobbit" adalah sosok nenek moyang manusia modern homo sapiens tersendiri ataukah ia adalah sesosok manusia yang mengalami kelainan menderita microchepalic : "a human with an abnormally small skull" yang hidup pada masa 18.000 tahun yl.
Guna menggali bukti lain yang lebih menyakinkan adalah Peneliti Australia Richard Roberts arkeolog dari Universitas Wollongong bertekad guna kembali melakukan ekspedisi pencarian contoh fossil lainnya dari lokasi Liang Bua pada tahun 2007. Temuan relics pada lokasi LB 1 (LB : Liang Bua) menunjukkan temuan kerangka sosok manusia kerdil yang relatif utuh ---dengan sosok hanya setinggi 30 feet dengan otak cuma seukuran otak kera chimpanse (400 cm3) atau 1/3 otak manusia normal & terkubur bersama dengan seperangkat peralatan yang lazimnya dikenali pada manusia homo sapiens umumnya--- seketika setelah kesimpulan temuan "hobbit" dipubikasikan oleh para ilmuwan penemu asal Australia dalam jurnal ilmiah Nature (2004) dengan klaim anggapan penemuan sejenis spesies manusia modern tersendiri yang berlainan dengan homo sapiens maka langsung menyulut pro kontra heboh dalam dunia sains.

Akhir Sep 2006 yl dalam Proceedings of the National Academy of Sciences bahkan terungkap pendapat dari salah satu penemu yg sekaligus co-author publikasi pertama "hobbit" R.P. Soejono asal Indonesia : National Archaeological Research Center - Jakarta, yang berpendapat bahwa klaim penemuan Homo Floresiensis LB1 adalah kekeliruan jika dinyatakan sebagai jenis nenek moyang manusia. Kesimpulan demikian diyakini oleh sekelompok ahli arkeologi dari University of Chicago AS serta Roehampton University London Inggris.
Namun dalam PNAS (Proceedings of the National Academy of Sciences terkini terbitan 29 JAN 2007 salah seorang sosok terkemuka dalam dunia paleoneurologist yang juga adalah Ketua Jurusan Antropologi Florida State University AS, yakni Prof. Dean Falk mengungkapkan keyakinannya atas temuan bahwa sosok homo Floresiensis adalah sosok sejenis nenek moyang manusia yang tersendiri dan bahwa langkah lanjutan yang maha penting justru adalah penelitian lanjutan guna menjawab pertanyaan a.l ;
"Dari mana asal usul sang Homo Floresiensis ?"
"Dari cabang rumpun yang mana asal pertalian nenek moyangnya ?
"Dan apakah sumbangan penemuan ini terhadap proses human evolution ?"

Falk mengungkapkan analisa ilmiahnya dengan tulisan pada paper dalam PNAS , berjudul "Brain shape in human microcephalics and Homo Floresiensis," bersama dengan sekelompok kolega ahli arkeologi yang mendukung analisanya, yakni Charles Hildebolt, Kirk Smith dan Fred Prior dari the Washington University School of Medicine in St. Louis; M.J. Morwood dari University of New England in Australia; Herwig Imhof dari the Medical University of Vienna, Austria; dan Horst Seidler dari University of Vienna, Austria. Disamping peneliti dari Indonesia Thomas Sutikna, E. Wayhu Saptomo dan Jatmiko dari the Indonesian Centre for Archaeology.
Prof Falk dkk melakukan kajian dengan menyajikan "virtual endocast" dengan model 3D program komputer atas tengkorak tempurung otak manusia "hobbit" yang dengan rekayasa dapat menampilkan rincian dari sebagian terbesar frontal lobe hingga menampilkan citra; bentuk otak, corak alur permukaan otak (grooves), pembuluh darah pada otak (vessel), dan sinuses. Bagi Prof Falk tampilan "endocast" sungguh-sungguh memperlihatkan suatu anatomi ujud otak yang sepenuhnya berfungsi guna dapat melaksanakan proses kognitif.
Pada penelitian dengan membandingkan model 3-D hasil re-konstruksi dari 9 otak manusia dengan kelainan microcephalic dan 10 otak manusia modern yang normal, para peneliti pun mengamati bahwa ujud otak sesosok "hobbit" amat dekat dengan cirian pada otak normal. Dengan hasil konsisten demikian maka diyakini bahwa otak "hobbit" adalah sesuatu ujud yang normal sekaligus unik, hingga memang sepantasnya diklasifikasikan sebagai sejenis tersendiri sesosok nenek moyang manusia modern yang hidup berdampingan pada periode yang sama dengan kehidupan homo sapiens seperti yang telah dikenal selama ini.
Sembari berharap agar debat pro-kontra "hobbit" segera berakhir dan kalangan ilmuwan untuk selanjutnya lebih baik menemukan jawaban atas pertanyaan penting seperti diungkapkan di atas; Prof. Dean Falk mengimbuhkan komentar menggelitik bahwa; "Kebanyakan orang menolak mempercayai bagaimana mungkin adanya sesosok mahluk manusia dengan otak hanya sekecil itu dapat membuat seperangkat peralatan yang tergolong canggih. Betapa canggihnya pula sang mahluk "hobbit" ?


Sumber: Ragam info web / Rizal AK.

No comments: