3/26/07

Open-Source : pilihan pas buat berhemat dan tanpa hambatan dalam produktivitas.

Komisi pengkajian aplikasi piranti lunak dan telematika European Comission akhir minggu yl mempublikasikan pernyataan terbuka guna mendukung sepenuhnya penggunaan piranti lunak seperti OS Linux dan open-source software lainnya. Berdasar atas analisa rinci dan kajian mendalam terhadap penggunaan proyek open-sources di 6 negara Eropa anggota dewan European Comission berkesimpulan, bahwa nyata-nyata akan diperoleh penghematan dalam segala sisi dengan beralih dari penggunaan aplikasi proprietary berlisensi komersil menjadi dengan pemakaian open-source software. Sajian laporan European Comission menegaskan, bahwa OS Linux maupun aplikasi semacam Open Office yang gratis adalah sangat stabil. Open Office misalnya memiliki fungsionalitas yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan produktivitas kerja perkantoran; pembuatan dokumen, presentasi, serta penyajian spreadsheets.

Untuk mendapatkan analisa dan kajian yang valid komisi EC bulan October 2006 yl, telah mengucurkan dana senilai hampir AS $4 juta guna meluncurkan suatu proyek SQO-OSS : Software Quality Observatory for Open Source Software guna menguji keandalan kualitas berbagai aplikasi open-source software. Langkah yang dilaksanakan sebelumnya adalah dengan meluncurkan suatu portal OSOR : Open Source Observatory and Repository guna menguji dan mengembangkan inter-operabilitas antar muka aplikasi. Para ahli IT yang tergabung berada di belakang SQO-OSS berasal dari; Inggris (Sirius IT), Jerman (KDE and ProSyst), Swedia (KDAB) serta kalangan akademisi Belanda (United Nations University in Maastricht) dan Yunani (Univ. Athens dan U.Thessaloniki). Pakar IT dari Maastricht dalam sajian akhir memang mewanti-wanti setidaknya ada 2 (dua) catatan fakta yang boleh jadi bersisi negatif, yakni pengeluaran dana IT dalam jangka pendek memang akan tinggi selagi tahap awal proses migrasi mengadopsi open-source ---kebanyakan terpakai untuk biaya training--- dan sisi negatif psikologis bagi sebagian kalangan / orang tertentu merasa diri "undervalued" jika diminta bekerja menggunakan piranti lunak OSS gratisan: "gengsi turun" (?).

Jauh-jauh hari sebelumnya secara sendiri-sendiri beberapa kalangan dalam pemerintahan di negara industri maju Eropa memang telah mencanangkan inisiatif guna beralih menggunakan piranti lunak open-sources dan mencampakkan OS berbayar proprietary komersil demi alasan penghematan biaya dana negara yang berarti juga uang/pajak rakyat selain terhindar dari sisi ketergantungan terhadap industri pembuat software tertentu. Pemerintah kota Berlin di Jerman Barat sejak 2001 telah berancang-ancang guna meninggalkan OS Windows dan beralih menggunakan sistem operasi komputer OS Linux.
Hal yang sempat membuat heboh ini adalah wajar pula jika kemudian menggugah Microsoft guna melancarkan langkah balasan (kampanye Microsoft: "Get The Facts") untuk meyakinkan kalangan profesional IT untuk tetap setia karena sesungguhnya penggunaan OS Windows yang lebih murah dibanding OS open-source jika dihitung berdasar cost advantage. Pihak Microsoft bahkan sampai pada kesimpulan : "Linux savings are a myth".
Lewat pengkajian intens yang berjangka waktu cukup lama oleh kelompok ahli IT yang kompenten seperti diatas, tentunya apa yang terungkap dari pernyataan pakar European Comission amatlah valid ( bukan as-bun ) , hingga amat pantas jika kemudian segenap Pemerintah di Negara Eropa Bersatu ---yang nota bene sebagian besar adalah negeri industri maju yang makmur dengan GNP tinggi--- segera melangkah memilih aplikasi open-source untuk menggerakkan roda administrasi perkantoran : ASAP. Open-source : hemat dan tanpa hambatan !!!


Sumber: Ragam Info web CNET & Wikipedia / Rizal AK

No comments: